Pelangi Aksara

Kamis, 11 Maret 2021

Motivasi Berprestasi

 

Setiap orang pasti ingin memiliki prestasi di bidang masing masing. Untuk berprestasi diperlukan motivasi yang kuat untuk mencapainya. Motivasi dalam berprestasi merupakan faktor pendorong untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan agar meraih kesuksesan. Dengan demikian motivasi berprestasi ditandai oleh keinginan untuk mencapai standar keunggulan yang telah ditetapkan.

Sebuah kisah inspirasi dari seorang guru berprestasi juara 1 tingkat nasional tahun 2015 dan 5 besar guru inovatif kemendikbud tahun 2020. Bapak Sigit Suryono, M.Pd. bertutur tentang  masa lalu yang penuh dengan kegagalan, terpinggirkan dan juga bukanlan orang yang menonjol dalam kelas. Mempunyai orang tua yang berprofesi sebagai guru SD yang sangat disiplin dalam membimbing dan mengawasi untuk belajar. Rangking satu selalu diraih saat SD, namun bertolak belakang saat SMP maksimal rangking 24 dari 44 siswa dalam satu kelas, bahkan pernah di 41, 43  masa yang sulit. Namun persahabatan di SMP sampai saat ini masih membekas tidak mengenal rangking dan status sosial. Saat SMA rangking pun jauh dari harapan. Hanya maksimal pernah rangking 8 yang lainnya diatas 20. Di Kampus bahkan hampir DO (drop out) saat kuliah S1 Pendidikan Fisika di UNY dan lulus 7 tahun.  Pernah dapat IPK 1,28  malu juga kalau lihat saat belajar jadi siswa. Setelah selesai S1 beliau langsung melanjutkan ke S2 mengambil jurusan TP (Teknologi Pendidikan). 

Inilah era merasakan jadi orang hebat saat bisa menyelesaikan dengan tepat. Dengan hasil cumlaude yang merubah cara pikir dan pandangan. Orang akan sukses jika dia fokus dan senang dengan apa yang dikerjakannya. Orang akan sukses jika bisa fokus pada bidang yang dia bisa ditekuni dan dilakukan inovasi terus menerus.

Pengalaman gagal saat dimasa sekolah sampai kuliah di S1 benar-benar membekas dan itu mempengaruhi cara mengajar pada anak didik. Beliau termasuk orang yang tidak akan membeda-bedakan anak didik karena prestasi akademiknya. Beliau cenderung sebagai motivator bagi anak didik karena pengalaman hidup  saat SMP jadi juara 3 dari belakang dan pengalaman buruk lainnya. Saat mengajar inilah pengalaman  bertambah dan sering melakukan kolaborasi dengan siswa untuk melakukan riset tentang pembuatan media dan model pembelajaran.

Membuat catatan kecil bagaimana orang berbicara, presentasi, menyampaikan ide dan pemikiran dan gagasan ilmiah dalam kegiatan tersebut. Setiap even lomba tersebut beliau mencatat menapa  "gagal" baik dari sisi presentasi, fokus presentasi, cara presentasi, membuat presentasi yang efektif, dan seterusnya.

Tidak putus asa meski sering gagal. Menyikapi kegagalan  dengan menulis penyebab kegagalan. Apakah karena persiapan kurang?  Apakah karena powerpoint tindak fokus pada materi yang seharusnya kita presentasikan?  Apakah pembahasannya dangkal?, Apakah sudah mempersiapkan dengan maksimal? Pelajarilah kenapa kita gagal, Tulislah sumber kegagalah dan perbaikilah di masa yang akan datang. Pasti suatu saat akan sukses saat mengikuti setiap kompetisi yang kita hadapi.

Selain harus fokus dan menyenangi yang kita lakukan juga belajar, kolaborasi dan berbagi. Belajarlah dari kegagalan  dan belajarlah dari orang yang sukses. Dekatlah dengan komunitas yang siap berbagi dengan siapapun.  Selalu Berpegang pada buku panduan lomba, buat gagasan inovasi yang kontinyu. Kiat bisa sukses dan berprsetasi adalah; mau mendengar kritik dan saran dari banyak orang, Mau belajar dari siapapun baik dari teman sejawat, dengan siswa terlebih dengan para ahli yang sudah teruji, Kosongkan dan turunkan Ego sehingga kita bisa menerima ilmu dari siapapun.  Jangan angkuh dan merasa paling hebat: Karena diluar sana banyak orang yang lebih hebat dari kita, Berusahalah secara maksimal, kegagalah hanyalah keberhasilan yang tertunda.

Keberhasilan seseorang ditentukan sikap yang konsisten terhadap keinginan untuk meraih prestasi. Untuk meraih prestasi  sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan kematangan psikologis. Jika ada anak yang rangking terus saat sekolah, namun karena faktor eksternal tidak mendukung dia tidak bisa sekolah di tingkat lanjut, orang tuanya broken home, meninggal atau sebab lain bisa jadi dia suatu saat gagal.  Maka keberhasilan orang banyak ditentukan bagaimana seseorang itu bisa adaptif dengan lingkungan disekitarnya, gaya belajar, kehidupan sosial, dukungan orang tua, munculnya kreatifitas dan kolaborasi.

Sama halnya dengan memulai menulis. Ide menulis akan tetap muncul jika kita sering membaca, berbagai pengalaman, berbagi masalah dan juga sering mengamati karya-karya rekan guru lain baik lewat media online, blog. Kemudian bisa diawali dengan ATM (Amati,Tiru,Modifikasi), kemudian setelah terbiasa munculkan ide dan gagasan dari  masalah yang ada di sekitar  saat mengajar, pasti masalah setiap tahun akan muncul yang berbeda-beda itu bisa digunakan sebagai sumber inspirasi kita.

Untuk memunculkan motivasi berprestasi maka yang diperlukan adalah cari model inspirator, bisa dari Kepala sekolah, rekan guru yang sukses, Ketua MGMP atau orang disekitar kita yang sukses. Belajarlah dari mereka dan lakukan secara kontinyu. intinya adalah setiap orang punya kekuatan dan kehebatan masing-masing sesuai dengan bidang dan keahlian serta hobi. Dan keberhasilan ditentukan oleh seberapa besar usaha yang telah meraka lakukan. Semakin berusaha keras insyallah suatu saat akan menikmati hasilnya, jika masih gagal berarti banyak orang yang lebih lama meluangkan waktu untuk itu.

Orang-orang hebat yang selalu ingin belajar dan belajar. Maka bekerja samalah dengan orang lain dan berbagi ilmu, Insya Allah berkah. Prestasi bukanlah suatu tujuan namun prestasi akan didapatkan oleh setiap orang yang telah bekerja dengan maksimal dan terus berusaha memperbaiki diri setiap saat. Prestasi yang paling utama bukan ditunjukkan oleh predikat-predikat yang kita sandang namun prestasi yang hakiki adalah bagaimana kita bisa menjadi sosok yang bisa menginspirasi anak didik kita sehingga suatu saat mereka akan sukses dalam bidangnya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar